Sejarah mencatat di luar para Nabi dan Rasul juga orang-orang suci, sebenarnya ada sejumlah nama besar yang pernah memimpin peradaban dunia. Beberapa di antaranya adalah Umar ibn Abdul Azis di tanah Arab, Mahatma Gandhi di India, Mao Zedong di China, Soekarno di Indonesia. Para pemimpin peradaban ini tidak menghabiskan waktu untuk memikirkan kekuasaan dipundak siapa, tetapi kekuasaan untuk apa. Mereka tidak hanya memimpin, tetapi menjadi inspirasi bagi rakyatnya.
Di era kepemimpinan Umar ibn Abdul Azis misalnya, banyak catatan sejarah menunjukan Abdul Azis demikian dicintai dan mencintai rakyatnya. Dia senantiasa menghindar dari penghormatan yang berlebihan. Kehidupan keluarganya yang sangat sederhana dan jauh dari kesan memupuk harta. Kewibawaannya membuat lembaga-lembaga Negara yang berada di dalam lingkar kekuasaan tak pernah berniat memperkaya diri dengan korupsi. Disegani oleh rakyatnya karena kesediaannya menjadi tameng untuk melindungi rakyat dari semua masalah.
Contoh lain adalah Mahatma Gandhi. Gandhi sebagai seorang pemimpin peradaban, ketika itu, berpadu dengan Nehru sebagai pemimpin Negara untuk membawa “India Baru”. Gerakan Ahimsa yang dicetuskannya membuat interaksi Negara dan Rakyat berlangsung dalam kasih sayang. Bahkan, kepada prajurit yang hendak terjun ke medan perang sekalipun, Gandhi masih berpesan; “Janganlah kau merdekakan Negeri ini tidak dengan cinta kasih, karena itulah tujuan kita meneruskan kehidupan dalam Negeri berdaulat.
Satu lagi contoh pemimpin peradaban muncul di Negeri tirai bambu. Dia adalalah Mao Zedong. Lahir di Shaoshan, Hunan, 26 Desember 1893 – meninggal di Beijing, 9 September 1976 pada umur 82 tahun. Dia seorang filsuf dan pendiri Negara Republik Rakyat Tiongkok. Ia memerintah sebagai Ketua Partai Komunis China dari berdirinya Negara tersebut pada tahun 1949 sampai kematiannya pada tahun 1976. Lahir dari anak seorang petani kaya di Shaoshan, Hunan, Mao mengadopsi seorang Nasionalis China. Orientasi anti-imperialis pada awal kehidupan, membuat dia disegani di dalam maupun luar negeri. Peran Mao juga harus diberi garis merah tebal untuk mewujudkan wajah China seperti saat ini.
Indonesia dengan Soekarno telah mendobrak nafsu imperelisme dunia dan mengumandangkan kemerdekaan ke seluruh penjuru sebagai hak segala bangsa. Dia tampil memimpin peradaban dunia yang bebas dari hegemoni dan kolonialialisasi Negeri kuat terhadap yang lemah. Dengan berkaca pada sejarah itu, kita sebagai anak bangsa, sudah mesti mengembangkan praktik politik yang sehat dalam ajang kontestasi PEMILUKADA 2020 mendatang. Bahwa rivalitas dalam panggung PEMILUKADA sesungguhnya adalah seleksi dimana kita semua sebagai bangsa dan Anak Negeri menjadi saksi sekaligus subyek dalam menentukan mana pemimpin terbaik.
PEMILUKADA 2020 bakal menjadi laboratorium politik bagi rakyat Halmahera Selatan. Di ruang tak bertepi itu, rakyat Halmahera Selatan bisa belajar menghayati bagaimana pemimpin Negara Demokrasi nomor tiga terbesar dunia ini dilahirkan melalui proses politik konstitusional. Saat ini, meski belum resmi siapa BUPATI HALSEL Terpilih. Namun, diskusi public tampaknya sudah mengerucut ke dua nama calon yakni, HELMI UMAR MUCHSIN dan USMAN SIDIK. Untuk sementara kalau kita analisis secara baik dan rasional maka di antara Dua Kandidat Calon Bupati HALSEL, HELMI UMAR MUCHSIN menurut public memiliki kapasitas yang mumpuni dalam membangun Peradaban yang berkemajuan bagi Masyarakat Halmahera Selatan.
HELMI UMAR MUCHSIN yang dikenal Tokoh Politik Maluku Utara berjiwa HUMANIS lahir dari perpaduan Etnik secara Genetik, Ibunya berdarah Bacan dan Ternate, Ayahnya berdarah Makian Kayoa, Bajo dan Galela. Kalau kita pelajarai teori Genetik, sosiologi dan sikologi social, Kepemimpinan seseorang bukan hanya lahir dari proses pengayaan diri dan pengaruh lingkungan tetapi juga secara genetic sangat mempengaruhi sikap sifat, prilaku maupun cara pandang dan gaya kepemimpinan.
HELMI UMAR MUCHSIN lahir dari genetic Ayahnya sebagai Orang Makayoa
Bercampur Galela yang kita kenal Alm. UMAR MUCHSIN selain sebagai Tokoh Politik terkemuka Maluku Utara yang Idolog juga sebagai Pendidik dan Ustadz atau kalau dalam Islam disebut dengan Cendikiawan Muslim, Dalam Kristen disebut dengan Pendeta, Hindu dan Buddha disebut Pandita/Brahmana.
Beberapa sumber yang mengenal Alm. UMAR MUCHSIN bercerita bahwa selain beberapa Tokoh Cendikia Maluku Utara seperti Ustadz Abdul Chalil, Muhammad Sulaiman, Abjan Sulaiman, Hi. Annafi Sakawerus, Mohammad Syahfiin, Habib Husen Alhadar, Yusuf Abdurrahman, Hi. Mudaffar Sjah, Rusdi Hanafi dan lain-lain, Alm. UMAR MUCHSIN Ayah dari Calon Bupati Halmahera Selatan HELMI UMAR MUCHSIN oleh Rakyat Maluku Utara memberika julukan sebagai Singa Podium dalam setiap memberikan pidato maupun orasi baik dalam politik maupun Da’wah Islamiah.
UMAR MUCHSIN Ayah dari Calon Bupati Halmahera Selatan HELMI UMAR MUCHSIN juga dijuluki seorang Cendikiawan Moslem yang berjiwa Sosialis dan Nasionalis karena kesederhanaan gaya hidup, kesederhanaan tutur dan sikap serta selalu memanusiakan Kum Minoritas (Kristen) dan selalu memberikan kesamaan pandang terhadap sesama manusia antar ummat beragama, suku, ras maupun golongan.
Peribahasa Melayu bertutur “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” bermakna bahwa Sifat anak tidak jauh berbeda dengan Ayah atau Ibunya. Hal yang menurun dari leluhurnya pasti akan ada kemiripannya dengan orang tuanya. HELMI UMAR MUCHSIN yang dikenal Teman-teman sekolahnya di SMA dan Perguruan Tinggi, teman politik dan teman bermainnya sejak kecil mengatakan HELMI adalah sosok yang sederhana dalam jiwanya, cerdas, santun dan luwes juga konsisten dalam setiap keputusan yang dianggap benar menurutnya.
HALSEL sudah waktunya bangkit dengan Pemimpin yang memiliki latar belakang sosial yang baik, berpendidikan, berkepribadian, Berjiwa Nasionalis serta memiliki Komitmen Membangun Halmahera Selatan yang mengedepankan Azas Kerakyatan dan berkeadilan.
Penulis : Syamsul Rizal